-->

Sejarah penciptaan Notasi Laras Kepatihan


SOLO, (PRLM).- Warga Kampung Kepatihan Wetan Solo, yang bermukim di kawasan yang dimasa lampau merupakan tempat tinggal KGPH Wreksodiningrat, Patih Keraton Surakarta, akan merayakan peristiwa sejarah "Babad Kepatihan". Perayaan berupa pentas seni dan kirab budaya pada Kamis (23/10/2014) petang, terutama untuk peringatan penciptaan notasi gamelan yang kini dikenal sebagai"Titi Laras Kepatihan".Ketua Panitia "Babad Kepatihan 2014", FX Mulyono, mengungkapkan hal itu kepada wartawan, Selasa (21/10/2014). Menurut dia, penciptaan notasi gamelan tersebut merupakan peristiwa sejarah sangat pentingdi bidang kesenian, karena gamelan kini dikenal di dunia internasional."Sebelum instrumen musik gamelan diberi notasi, para pengrawit atau penabuh gamelan hanya menggunakan patokan yang disebut not rantai berupa garis naik dan turun, untuk menandai nada tinggi dan rendah," katanya.Pengajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 8 Solo bidang kesenian, Wasito, menjelaskan, sebelum lahirnya notasi angka selain di Kota Solo dikenal notasi "ondho" atau tangga dan notasi "rante" atau rantai, dibeberapa daerah ada notasi "dhong" dan"dhing". Kedua macam notasi itu hanya berfungsi untuk mendokumentasikan suatu irama lagu atau gendhing Jawa."Semasa Sunan Paku Buwono X bertahta di Keraton Surakarta, pada tahun 1920 patihnya yang bernama Wreksodiningrat danmerupakan empu karawitan menciptakan notasi angka dalam bahasa Jawa. Notasi tersebut untuk menegaskan titi laras gamelan yang sudah ada sejak zaman Majapahit. Titi laras tersewbut ada dua, yakni slendro dan pelog," jelasnya.Khusus dalam kirab budaya, menurut Lurah Kepatihan Wetan, Hartanto, sedikitnya 1.800 peserta akan terlibat, termasuk 800-an siswaSMKN 8 dan Komunitas Pedagang Pasar Gedhe yang lokasinya juga di Kepatihan. Dalam kirab budaya Babad Kepatihan akan ditabuh seperangkat gamelan renteng peninggalan Sunan Paku Buwono X yang disebut "Kyai Manik Moyo". Gamelan dari bahan baku besi senggani tersebut, dahulu hanya di perahu Rojomolo saat Sunan bertamasya di Bengawan Solo.“Pada tahun 1950 Sunan Paku Buwono X memberikan gamelan renteng tersebut ke Kepatihan untuk memperkenalkan dan melestarikan gamelan di luar lingkungan Keraton Surakarta,” katanya. (Tok Suwarto/A-88)***

Dari berbagai sumber.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Sejarah penciptaan Notasi Laras Kepatihan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel