Makna dan filosofi tembang dolanan lir - ilir
Lir-ilir, lir-ilir
Tandure wus sumilir
Tak ijo royo-royo
Tak sengguh temanten anyar
Cah angon, cah angon
Penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu penekno
Kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro, dodoiro
Kumitir bedah ing pinggir
Dondomono, jlumatono
Kanggo sebo mengko sore
Mumpung padhang rembulane
Mumpung jembar kalangane
Yo sorako, sorak iyo!!
Syair tembang dolanan Ilir-ilir tersebut apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai berikut.
‘Bangunlah, bangunlah!’
‘Tanaman sudah bersemi’
‘Demikian menghijau’
‘Bagaikan pengantin baru’
‘Anak gembala, anak gembala’
‘Panjatlah (pohon) belimbing itu’!
‘Biar licin dan susah tetaplah kau panjat’
‘untuk membasuh pakaianmu’
‘Pakaianmu, pakaianmu’
‘terkoyak-koyak dibagian samping’
‘Jahitlah, Benahilah!’
‘untuk menghadap nanti sore’
‘Mumpung bulan bersinar terang’
‘Mumpung banyak waktu luang’
‘Bersoraklah dengan sorakan Iya!!’
Dalam syair tembang
dolanan yang berjudul Ilir-ilir mengandung makna religius (keagamaan).
Sedangkan maksud yang terkandung dalam tembang tersebut adalah kita
sebagai umat manusia diminta bangun dari keterpurukan untuk lebih
mempertebal iman dan berjuang untuk mendapatkan kebahagiaan seperti
bahagianya pengantin baru. Meminta Si anak gembala untuk memetikkan buah
blimbing yang diibaratkan perintah salat lima waktu. Yang ditempuh
dengan sekuat tenaga kita tetap berusaha menjalankan Rukun Islam apapun
halangan dan resikonya. Meskipun ibarat pakaian kita terkoyak lubang
sana sini, namun kita sebagai umat diharapkan untuk memperbaiki dan
mempertebal iman dan taqwa agar kita siap memenuhi panggilan Ilahi
robbi.
0 Response to "Makna dan filosofi tembang dolanan lir - ilir"
Post a Comment